Sunday 27 September 2015

Tiket Online Bus Antarkota, mungkinkah?

Sidoarjo - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan melakukan sidak di Terminal Bungurasih Sidoarjo. Menhub minta agar kondisi terminal terbesar di Jatim ini dibenahi.
Saat datang pukul 08.00 WIB, Jumat (26/6/2015), Menhub melihat secara langsung belasan sopir bus melakukan tes Urine di depan kantor Pengaturan perjalanan Bus antar kota.
Di Bungurasih, Jonan melihat secara langsung pembangunan beberapa bagian terminal yang belum selesai, yakni ruang tunggu penumpang yang berada di lantai 2. Menhub minta agar pembangunan segera diselesaikan agar arus menumpang bisa tertata lebih baik.
"Terminal Bungurasih ini untuk segera diselesaikan dan untuk dirapikan, harus ada target bahwa terminal ini agar secepatnya lebih baik. Masak kalah dengan stasiun kereta api," ujar Menhub Jonan.
Jonan berharap, paling lambat 2016 kondisi Terminal Bungurasih sudah rapi, dan ruang tunggu penumpang juga tertata dengan baik. "Kalau perlu tiketnya itu menggunakan sistem online, agar penumpang disini sudah mendapatkan tiket, tinggal naik bus saja," ujar Jonan.
Jonan menambahkan, menjelang lebaran pihaknya tengah fokus terhadap Kelaikan, armada, keselamatan dan volume penumpang. "Dishub akan meningkatkan pelayanan ke pada masyarakat, dan keselamatan pada masyaraakat yang akan menggunakan jasa tranpotasi darat, laut, udara," jelasnya. 

dikutip dari  http://news.detik.com/berita-jawa-timur/2953043/sidak-terminal-bungurasih-menhub-jonan-minta-kondisi-terminal-dibenahi
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, sumber : vivanews.com

Potongan berita di atas memang sudah agak lama, diterbitkan bulan juni dalam rangka persiapan pelaksanaan arus mudik dan balik tahun 2015. Akan tetapi ada hal yang menarik perhatian saya dan terus menggelayuti pikiran saya sepanjang hari, hahahahaha... Pada tulisan kali ini saya hanya akan membahas tentang statement menteri perhubungan terkait dengan tiket online bus antar kota (lihat tulisan yang dicetak tebal dan digaris bawah pada potongan berita di atas).

Seperti kita ketahui, selama ini tiket bus antar kota baik dalam maupun antar propinsi selalu diberikan melalui proses manual. Ada yang diberikan langsung oleh kondektur di atas bus, ada juga yang melalui agen yang telah ditunjuk atau bekerjasama dengan PO yang bersangkutan. Memang jelas berbeda dengan yang ada di moda transportasi kereta api, dimana tiket selalu diperoleh calon penumpang terlebih dahulu sebelum menggunakan jasa pengangkutannya. Pada bus antar kota hal ini kadang membuat penumpang baru mengetahui tarif bus bersangkutan setelah naik, ini mejadikan peluang terjadinya kecurangan dan kenakalan oknum kru dalam mempermainkan tarif. Memang pada PO yang bonafide, dipasang pula stiker tarif bus sesuai jurusan pada bagian dalam bus. Tetapi banyak juga PO yang belum melakukan hal ini, bahkan ada beberapa PO yang tidak memberikan tiket kepada penumpangnya. Jika melihat kondisi ini, saya pikir arahan Menteri Jonan terkait tiket online sangat wajar dan mendesak untuk segera dilaksanakan. Apalagi jika melihat bagaimana sistem perbaikan ticketing pada PT. KAI berhasil dieksekusi dengan sempurna. Akan tetapi perlu dilihat latar belakang yang menjadi sebab terjadinya kesemrawutan mengenai prosedur pembayaran jasa transportasi bus a.k.a tiket.
karcis bus antar kota, sumber : setia1heri.wordpress.com

Bus antarkota, memang tidak sama dengan kereta api. Bus antarkota utamanya kelas ekonomi dan sebagian patas, menaikkan dan menurunkan penumpangnya dimanapun selama itu dilalui dalam rute perjalanan bus bersangkutan. Untuk calon penumpang yang tinggal jauh dari terminal tapi dekat dengan jalur yang dilalui bus antar kota, kondisi ini jelas menguntungkan. Berbeda dengan kereta api, meskipun anda tinggal di tepi rel kereta api sekalipun, kalau ingin menggunakan jasa kereta api anda harus pergi ke stasiun terdekat, tidak mungkin anda menghentikan kereta api di depan rumah anda, kecuali rumah anda adalah stasiun kereta api, hahahaha... Belum lagi jumlah terminal bus antarkota yang jauh lebih sedikit daripada jumlah stasiun KA (jika dihitung kedua moda memiliki asal dan destinasi yang sama, contoh : silahkan dihitung jumlah terminal yang dilewati bus jurusan tulungagung-surabaya dan jumlah stasiun yang dilalui oleh KA dengan jurusan yang sama). Hal inilah yang membuat saya membuat hipotesis pribadi bahwa penerapan ticket online pada bus tidak semudah pada KA, belum lagi fakta bahwa operator KA masih dimonopoli oleh satu BUMN yang jelas berbeda jauh dengan bus antarkota yang 99% operatornya berasal dari pihak swasta. Mungkin kita bisa menjadikan busway sebagai referensi penerapan ticketing pada bus antar kota, tapi busway adalah moda yang dirancang dari nol, bukan melakukan rehabilitasi pada moda lama yang mengalami kesemrawutan. Kalau dipaksakan, bisa anda bayangkan bagaimana mengatur perjalanan bus dalam satu jalur busway ruas Surabaya-Kertosono.
 tiket KA Online, sumber : muhdhito.me
Melalui tulisan ini saya bukan sedang memposisikan sebagai seorang yang anti-Jonan atau bersikap menolak ide ticketing online secara absolut (secara pribadi saya adalah seseorang yang kagum dengan sosok Jonan, yang menurut saya adalah direktur KAI terhebat sepanjang sejarah perkeretapian Indonesia setelah kemerdekaan) . Ticket online bisa diterapkan pada bus antar kota, menurut saya pribadi, tapi secara terbatas. Yaitu terbatas pada bus antarkota antar propinsi non ekonomi atau Bus Malam. Kenapa bus malam? karena secara sistem bus malam sangat mirip dengan kereta api yang telah sukses melaksanakan ticketing online. Bus malam biasanya hanya menaikkan penumpang di agen-agen yang telah ditunjuk, sangat mirip kereta api yang hanya berhenti di stasiun saja. Bahkan bus malam punya nilai plus karena bisa menurunkan penumpang di tempat-tempat terdekat dengan tujuan penumpang sejauh diperkenankan oleh aturan. Bahkan penerapan ticketing online pada bus malam saya yakini mampu menekan secara maksimal jumlah penumpang gelap alias sarkawi. Kebocoran keuntungan yang dialami oleh perusahaan akan terkikis dalam jumlah yang signifikan. Load factor bus malam pun bisa terisi secara optimal, apabila sebelumnya menggunakan sistem jatah kursi untuk setiap agen, dengan sistem online dapat diset up kebutuhan kursi dan armada pada setaip hari operasional bus.
agen bus malam, sumber : tribunnews.com

Kendalanya? belum semua PO mempunyai agen yang merupakan kantor perwakilan resmi. Kecuali PO Rosalia Indah (cat : yang saya tau) kebanyakan adalah agen komisi yang memperoleh keuntungan dari persentase nilai penjualan tiket dan atau jumlah tiket yang dijual. Kenapa harus perwakilan resmi? karena ticketing online membutuhkan sarana prasarana yang tidak murah. Sebagian besar agen bus hanya bermodalkan meja, kursi dan alat tulis. Tidak ada sistem komputerisasi seperti agen penjualan tiket pesawat terbang atau kereta api. Dengan perwakilan resmi perusahaan bisa menginvestasikan asetnya dengan lancar, karena saya yakin PO pasti akan berfikir ulang untuk menyerahkan seperangkat media online untuk keperluan penjualan tiket kepada agen-agen komisi.
 Bus Malam, sumber :teguhalkhawarizmi.wordpress.com

Dengan segala kondisi, permasalahan, keuntungan dan kendala yang ada, penerapan ticketing online pada bus antar kota mungkin akan cukup membantu permasalahan yang dialami oleh penumpang, operator maupun aparat pemerintah. Tetapi perlu kajian teknis dan studi lapangan yang cermat dan teliti sebelum diterapkan. Pengaplikasian yang tergesa-gesa dan cenderung dipaksakan akan berdampak buruk bagi moda transportasi bus antar kota dan para pengguna jasanya. Operator dan pengelola prasarana moda transportasi bus antar kota memang tidak boleh kalah dengan Kereta Api, tetapi perlu diingat, bus bukanlah kereta api, dan untuk sesuatu yang berbeda perlu ditemukan aplikasi yang berbeda pula meski dalam tujuan yang sama demi kemajuan transportasi indonesia.

No comments:

Post a Comment