Monday 21 September 2015

Pareto's Theory a.k.a Dahlan Iskan's Theory

Dalam sebuah paparan yang disampaikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 16 September 2013 di Kantor KPU, pimpinan KPU mengutip sebuah kata-kata yang diucapkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan. "Dia bilang di setiap komunitas yang jelek cuma 10 persen, yang baik juga 10 persen, yang lainnya ikut-ikutan. Kalau direkturnya baik, komisionernya baik, menterinya baik, maka dia punya modal 10 persen, 80 persennya pasti ikut," kata Adnan Pandu Praja pimpinan KPU yang hadir di acara yang digelar sebagai persiapan pelaksanaan pemilu 2014 tersebut. http://news.detik.com/read/2013/09/16/151613/2359998/10/kpk-paparkan-teori-dahlan-iskan-untuk-cegah-korupsi
Dahlan Iskan - sumber : www.nasional.harianterbit.com
Teori yang populer di masyarakat ini disebut-sebut merupakan modifikasi dari toeri pareto, yang dibuat oleh Joseph M. Juran berdasarkan pendapat ahli ekonomi italia, vilfredo pareto. Meski sebenarnya terdapat beberapa perbedaan yang signifikan antara teori pareto dengan teori dahlan iskan. Teori pareto menyatakan bahwa pada banyak kejadian 80% efeknya disebabkan oleh 20% penyebabnya. Teori ini sendiri tidak bisa diartikan secara membabi buta hanya melalui definisi harfiahnya saja. Mengingat teori dibuat hanya berdasarkan pengamatan pareto semata bahwa 80% pendapatan di Italia pada tahun 1906 hanya dimiliki oleh 20% populasi saja. Akan sangat aneh misalkan anda mengatakan bahwa 80% pekerjaan dilakukan oleh hanya 20% karyawan saja. Ini akan sangat berbahaya bagi kinerja anda dan organisasi secara keseluruhan.
 vilfredo pareto - sumber : www.toolshero.com

Kalaupun benar teori dahlan iskan disebut modifikasi dari teori pareto, maka hanya ada satu persamaan di antara keduanya. Yaitu kedua teori ini tidak bisa diartikan atau diaplikasikan secara membabi buta, secara harfiah apalagi hanya mengutip sebagian teorinya saja. Contohnya jika kita mengatakan bahwa pada suatu komunitas pasti ada 10% yang baik, 10% yang buruk dan 80% sisanya hanyalah pengikut, tanpa menambah penjelasan bahwa komisioner, direktur atau pimpinan-lah yang sebenarnya menentukan arah dan kinerja organisasi, bisa jadi kita akan memecah belah organisasi atau komunitas anda sendiri.
Hal ini masih belum ditambah lagi dengan kesulitan yang akan anda hadapi dalam menentukan kriteria “baik” dan “tidak baik”. Sebagai pimpinan kita mungkin bisa menilai seseorang “baik” hanya karena dia hadir tepat waktu, pulang sesuai jadwal, mengerjakan pekerjaan sesuai perintah anda dan selalu tersenyum saat berpapasan dengan anda. Tapi kita tidak akan pernah tahu apa sebenarnya motivasi dari anak buah kita, apakah benar dia sedang bekerja dengan tulus dan bersemangat, ingin menunjukkan kinerja dan kualitas dirinya, atau hanya menginginkan sesuatu dari pimpinannya. Anak buah yang “baik” tentu bukanlah orang yang selalu mengatakan “baik bu,” atau “baik pak,” ketika pimpinan memberikan perintah tanpa bisa memberikan pandangan kritis terhadap apa yang diperintahkan dan dampaknya terhadap kinerja organisasi. Dahlan Iskan sendiri mengatakan bahwa anak buah yang baik, adalah anak buah yang loyal kepada atasannya tetapi juga KRITIS, anak buah yang patuh tapi juga bisa berpikir mana yang baik dan mana yang tidak baik. Karena dengan menjadi anak buah yang kritis, sesungguhnya anak buah itu bisa menyelamatkan atasannya dari situasi kritis yang mungkin akan dihadapi. Tetapi jika ke-kritis-annya hanya bertujuan untuk mementingkan kepentingannya sendiri, maka kita bisa langsung memberikan label “tidak baik” baginya.
Karena itulah teori dahlan iskan ini tidak bisa serta merta diaplikasikan dan diterjemahkan secara harfiah saja. Kualitas kita sebagai pemimpin akan sangat menentukan sehingga kita benar-benar bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik. Ditambah lagi jika benar menurut teori Dahlan Iskan bahwa yang baik dan yang buruk berebut pengaruh, maka kualitas dari top manager –lah yang bisa membawa suatu organisasi kepada arah dan tujuan yang dikehendaki atau justru ke arah sebaliknya.

No comments:

Post a Comment